Senin, 14 November 2011

Seseorang tidak akan pernah bisa memilih takdirnya sendiri, mau lahir di keluarga mana, rejekinya seperti apa, jodohnya siapa, otaknya pandai atau bodoh. Semuanya itu merupakan kuasa Tuhan sebagai pemilik manusia dan sebagai manusia, cukup menjalankan apa yang menjadi takdirnya.

Saya membuat tulisan ini setelah menyaksikan sendiri awal kisah dua bayi yang lahir di hari yang sama dan sepertinya dalam jarak waktu yang tidak berjauhan namun masing-masing terlahir dalam background keluarga yang benar-benar jauh berbeda.

Bayi pertama lahir dalam sebuah keluarga muda, atau bahkan lebih tepat Saya katakan amat sangat muda, sang ibu baru saja lulus SMA, kemungkinan berumur 17 atau 18 tahun sementara ayahnya berusia 1 tahun lebih tua dari ibu bayi tersebut.

Kelahiran bayi perempuan mungil ini mungkin bukanlah salah satu bagian dari rencana hidup sang ibu, mungkin selepas SMA keinginannya sama dengan anak-anak pada usia tersebut yaitu kuliah di universitas yang bagus dan ternama atau mungkin bekerja untuk membantu orang tuanya yang berpenghasilan pas-pasan.

Bayi perempuan ini terlahir karena MBA (married by accident) atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia hamil diluar nikah, pernikahan yang dilaksanakan untuk melegalkan hubungan orang tua si bayi pun dilaksanakan sangat cepat dan tanpa persiapan layaknya orang yang akan menikah.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, MBA merupakan suatu aib yang sebisa mungkin ditutupi, banyak yang pada akhirnya mengugurkan kandungannya demi menutupi aib, atau dengan tetap melanjutkan kehamilannya dengan sambil menanggung aib, semua itu kembali kepada masing-masing individu yang menjalani karena setiap orang mempunyai pertimbangan sendiri untuk mengambil keputusan yang penting bagi hidupnya.

Bayi perempuan kecil ini terlahir di sebuah rumah bersalin kecil dengan biaya hanya sebesar Rp 1.200.000,- untuk biaya melahirkan dan menginap selama 2 hari, keadaan rumah bersalin ini jauh dari rumah bersalin dengan biaya yang besar, semua serba sederhana dan apa adanya namun bersih dan memang layak untuk melahirkan.

Yang menyedihkan dari kelahiran bayi ini adalah ketidakhadiran sang ayah yang seharusnya mendampingi ibu sang bayi selama proses melahirkan dan mengazankan si bayi sesaat setelah sang bayi lahir, tugas ini digantikan oleh kakek dan nenek si bayi. Ketidakhadiran sang ayah bukan tanpa alasan, sebelum kelahiran si bayi, orang tuanya bertengkar hebat yang mengakibatkan ayahnya diusir oleh kakek dan nenek si bayi.

Kami para tetangga sedih melihat keadaan ibu si bayi yang harus merawat anaknya sendiri, walaupun dia terlihat sehat secara fisik, namun dalam hatinya pasti sedih karena dalam masa-masa yang sulit seperti saat ini, dia harus menghadapinya seorang diri, walaupun masih ada orang tua yang memberikan dukungan moral namun kehadiran seorang suami pastilah lebih berarti baginya.

Entah apa yang ada dipikiran sang ibu saat ini, penyesalan atau apa kami tidak pernah mengetahuinya tapi semoga dia bisa menjadi orang tua tunggal yang terbaik bagi si bayi, karena bagaimanapun anak ini adalah titipan Tuhan kepadanya, semoga dia tidak perlu merasakan nasib seperti orang tuanya.

Untuk bayi yang kedua berjenis kelamin laki-laki, dia terlahir dengan jalan cerita yang normal-normal saja dan sesuai rencana. Kedua orang tuanya menjalani pernikahan terlebih dahulu sebelum pada akhirnya sang bayi terlahir ke dunia ini, pernikahannya pun dilaksanakan dengan semua rencana yang matang dan keadaan ekonomi yang sangat mencukupi.

Kedua orang tua bayi ini menikah pada usia yang bisa dikatakan wajar untuk orang menikah, sang istri berusia 25 tahun dan suaminya berumur 28 tahun. Perekonomian keduanya pun bisa dikatakan berlebih karena keduanya bekerja di tempat yang bagus dan pastinya dengan gaji yang juga besar.

Mereka harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan bayi tersebut, berbeda dengan cerita diatas yang tanpa menunggu pun mereka mendapatkan sang bayi.

Bayi laki-laki ini lahir secara caesar di rumah sakit yang bagus, fasilitas yang mewah dan pastinya dengan harga yang juga mahal. Semua keperluan si bayi pun dibeli dengan harga yang mahal dan semua barang bermerk, tempat belinya pun di toko-toko di mall yang berAC dengan kondisi yang nyaman.

Sungguh awal kehidupan dua anak manusia yang jauh berbeda walaupun terlahir di hari yang sama. Mungkin semua anak yang terlahir ke dunia ini akan selalu menginginkan awal kehidupan yang terjadi pada sang bayi laki-laki, namun kita hanyalah manusia yang tidak akan pernah bisa memilih bagaimana dan dimana kita terlahir, semua sudah memiliki takdir hidup masing-masing.

Mudah-mudahan kedua bayi dalam cerita diatas mendapatkan perjalanan hidup yang indah, terutama sang bayi perempuan, semoga dia tidak salah memilih jalan hidup seperti apa yang ibunya pilih....